jika ingin mencari informasi mengenai pemikiran tokoh Al-Sulami dalam hal tasawuf, silahkan lihat disini ,,,,,,
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Akhlak Tasawuf
merupakan salah satu khazanah intelektual Muslim yang kehadirannya hingga saat
ini semakin dirasakan. Secara teologis dan histologis, akhlak tasawuf tampil
mengawal dan memandu perjalanan hidup umat agar selamat dunia dan akhirat. Tasawuf merupakan wasilah atau
medium paling efektif dan tepat bagi orang mukmin untuk sampai kepada Allah SWT.
Tasawuf dapat mempercepat jalinan mesra dengan Tuhan secara non-rasial
(spiritual). Dengan tasawuf, selain dapat memantapkan rasa tauhid dan
memperhalus akhlak, juga bisa memurnikan ibadah dan amal salih, manusia tidak
akan melihat Tuhan dengan mata kepala di akhirat nanti, akan tetapi bisa
melihatnya dengan mata hati di dunia.[1]
Semua manusia dalam beragam agama, filsafat dan
pandangan hidupnya adalah makhluk yang memiliki potensi pengalaman mistik,
batin, atau esoterik, sehingga memerlukan kecerahannya agar dapat mewujudkan
hakekat dirinya yang sesungguhnya. Dengan demikian ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan persoalan kebatinan,hati, dan semisalnya disebut ilmu mistik.
Bahkan semua agama memiliki ajaran ilmu mistik. Mistik islam itulah yang
sebenarnya disebut tasawuf.[2]
Pada hakikatnya tasawuf merupakan pengalaman
pribadi seseorang hamba dengan Tuhannya, sehingga masing-masing individu
memiliki kecenderungan dan pengalaman spiritual yang berbeda-beda sesuai dengan
level tasawufnya. Oleh karenanya, wajar apabila setiap ulama sufi dalam
menjelaskan tasawuf sesuai dengan pemikiran dan pengalaman keberagamannya. Dalam
makalah ini akan membahas mengenai pemikiran tasawuf menurut Al-Sulami.
B.
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini yang akan dibahas dan dikaji yaitu berdasarkan
rumusan makalah berikut:
1.
Bagaimana biografi singkat dari tokoh Al-Sulami ?
2.
Apa pokok pemikiran tasawuf menurut Al-Sulami ?
3.
Bagaimana corak pemikiran tasawuf menurut Al-Sulami ?
4.
Apa saja karya-karya yang telah dihasilkan oleh Al-Sulami ?
BAB II
ISI
1. Biografi
Tokoh
Nama lengkap al-Sulami adalah Abu
Abdi al-Rahman Muhammad bin husayn bin Muhammad bin Musa al-Sulami al-Azdi, lahir
di Khurasan[3],
Iran pada 16 April tahun 325 H/937 M dan
wafat pada bulan Sya'ban pada 3 november
412 H/1012 M.[4] Ia
hidup dalam sebuah keluarga yang sangat taat bergama. Bahkan kedua orang tuanya
di kenal sebagai ulama dan Sufi yang masyhur di Khurasan. Ketika ia berusia 15
tahun, ayahnya Husain ibn Muhammad ibn Musa
al-Azdi, wafat 348 H/958 M. Ia kemudian diasuh oleh nenek dari pihak ibunya.
Dan kemudian pendidikannya diambil alih oleh datuknya Abu 'Amr Ismail ibn
Nujayd al-Sulami (w. 360 H/971 M)[5].
Al-Sulami mengenal agama dari
ayahnya sendiri dan kemudian berguru kepada sejumlah ulama. Sejak kecil ia
sudah mendalami bahasa arab dan al-Qur’an sebagai basis untuk mempelajari
berbagai hal mengenai Islam. Pada usia delapan tahun ia sudah mendalami hadits
bahkan kemudian meriwayatkannya. Kepiawaiannya dalam ilmu hadis menjadikan al-Sulami
sebagai rujukan banyak ulama. Oleh karena itu al-Sulami terkenal sebagai
seorang pakar hadits, guru para sufi, dan pakar sejarah. Dia seorang syeikh
tariqah yang telah dianugerahi penguasaan dalam berbagai ilmu hakikat dan
perjalanan tasawuf.[6]
Pada abad ke-3 dan ke-4 H, mengalami
puncak kemajuan ilmu tasawuf . Tasawuf berfungsi sebagai jalan mengenal Allah
SWT (ma'rifah) yang tadinya hanya sebagai jalan beribadah. Tasawuf pada masa
itu merupakan pengejawantahan tasawuf teoritis.[7]
Al-Sulami yang lahir dan masuk kelompok sufi pada masa itu, terkenal sebagai
penulis sejarah biografi kaum sufi masyhur yang semasa dengannya yaitu dalam
kitabnya Adab al-Mutasawwafah.[8]
Selain itu, dia juga terkenal dengan kitabnya Thabaqah al-Sufiyin yang juga
memaparkan biografi-biografi para sufi. [9]Al-Sulami
menitik tekankan tasawuf pada ketaatan terhadap al-Qur'an, meninggalkan perkara
bid'ah dan nafsu syahwat, ta'dzim pada guru/syeikh, serta bersifat pema'af.
2. Pemikiran
Tasawufnya
Manusia akan menjadi hamba (‘abd) sejati
kalau dia sudah bebas (hurr: merdeka) dari selain Tuhan. Kalau kehendak hati
sudah menyatu dengan kehendak Allah, maka apa saja yang dipilih Allah untuknya,
hati akan menerima tanpa menentang sedikitpun.[10] karena
¬!ur ä-Ìô±pRùQ$# Ü>ÌøópRùQ$#ur 4 $yJuZ÷r'sù (#q9uqè? §NsVsù çmô_ur «!$# 4 cÎ) ©!$# ììźur ÒOÎ=tæ ÇÊÊÎÈ
Yang artinya: “ dan
kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemampuan kamu menghadap disitulah
wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (Rahmat-Nya) lagi maha
mengetahui”. (QS. 2:15)
Disitulah wajah Allah maksudnya: kekuasaan Allah SWT meliputi
seluruh alam, sebab itu dimana saja manusia berada, Allah mengetahui
perbuatannya, karena ia selalu berhadapan dengan Allah SWT.
Dalam konsep dzikir al-Sulami
berpendapat bahwa perbandingan antara dzikir dan pikir adalah lebih sempurna pikir,
karena kebenaran itu diberitakan oleh dzikir bukan oleh pikir dalam proses
pembukaan kerohanian. Ada beberapa tingkatan mengenai dzikir, yaitu dzikir
lidah, dzikir hati, dzikir sirr (rahasia), dan dzikir ruh.[11]
Pada kitab Tabaqatu al-Suffiyah
memadukan ajaran syare’at dengan ajaran tasawuf. Ini merupakan pemikirannya
yang memperingatkan kepada murid-muridnya, bahwa ilmu lahir (share’at) dengan
ilmu batin (tasawuf) tidak boleh dipertentangkan, karena Rasulullah SAW sendiri
tidak mempertentangkannya.[12]
3. Corak
Pemikiran
Al-Sulami mengambil beberapa tasawuf
dari para syeikh yang masyhur, misalnya Ibn Manazil (W 320 H/932 M), Abu Ali
al-Thaqafi, dan ia juga pernah belajar ilmu tasawuf pada Abu Nashr al-Sarraj
(pengarang kitab al-Luma' fi al-Tasawuf) (W. 369 H/979 M), Abu Qasim
al-Nasrabadzi dan banyak yang lainnya. Oleh karena itu otomatis corak pemikiran tasawuf al-Sulami sedikit banyak dipengaruhi oleh
tasawuf mereka. Ia termasuk sufi yang yang beraliran sunni, yang selalu
berusaha menyebarkan tasawuf sunni di masa hidupnya.[13]
4. Karya-karya
yang dihasilkannya
Berikut ini merupakan karya-karya yang dihasilkan oleh al-Sulami
:[14]
Al-Farq Bayna al-Shari’ah wa-al
Haqiqah, Al- Hadithu al-Arba’un, Adab As-Sufiyya, Adab Al-Suhba wa Husn
al-Ushra, Amthal al-Qur’an, Al-Arbain fi al-Hadis, Bayan fi Al-Sufiyya, Darajat
al-Muamalat, Darajat As-Shiddiqin, kitab Al-Futuwwa[15],
Ghalatat al-Sufiyya, Al-Ikhwah wal Akhwa min al-Sufiyya, al-Istishadat, Juwami,
al-Malamatiyya, Manahij al-Arifin, Maqamat al-Awliya, Masail Waradat min
Makkah, Mihan Al-Sufiyya, Al-Muqaddimah fi at-Tasawuf wa Haqiqatih al-Radd ‘ala
ahl al-Kalam, Al-Sama, Al-Sualat Suluk al-Arifin, Sunnah al-Sufiyya, al-
Mutasawwafah, tarikh al-sufiyyah[16]
dan sebagainya.
5. Kesimpulan
Al-Sulami merupakan sesorang yang
produktif dalam menulis sebuah gagasan-gagasan tentang ketuhanan. Selain itu, al-Sulami
juga dapat menciptakan terobosan baru dalam mistisisme islam. Al-sulami
berfikir bahwa Manusia akan menjadi hamba (‘abd) sejati kalau dia sudah bebas
(hurr: merdeka) dari selain Tuhan. Kalau kehendak hati sudah menyatu dengan
kehendak Allah, maka apa saja yang dipilih Allah untuknya, hati akan menerima
tanpa menentang sedikitpun.
Dari corak pemikirannya al-Sulami
mengambil beberapa tasawuf dari para syeikh yang masyhur, misalnya Ibn Manazil
(w. 320 H/932 M), Abu Ali al-Thaqafi, Abu Nashr al-Sarraj (pengarang kitab
al-Luma' fi al-Tasawuf), Abu Qasim al-Nasrabadzi dan banyak yang lainnya, dari
hal itu, otomatis warna dan corak tasawuf al-Sulami sedikit banyak dipengaruhi
oleh tasawuf mereka.
Dari karya-karyanya di atas yang
paling mendapat perhatian para ulama ialah Thabaqat al-Sufiyya. Lebih
dari 100 orang telah memberikan syarah dan komentar atas kitab tersebut. Dalam
karya-karyanya As-Sulami selalu berusaha mempersatukan syariat dan hakikat,
selalu berpegang pada Al-Qur’an dan As-Sunah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Berry, A. J. 2000. Tasawuf Versus
Syari'at, Terj. Bambang Herawan. Jakarta: Hikmah.
Hisyam Kabbani, Muhammad. 2007. Tasawuf dan Ikhsan Antivirus Kebatilan
dan Kedzaliman. Jakarta: PT Serambi Ilmu semesta.
Kafi, Jamaluddin. 2003. Tasawuf Kontemporer. Prenduan: al-Amin.
Kenneth
Honerkamp, Abu Abdul Rahman al-Sulami, On Sama' ectasy and dance, (Jurnal of
The History of Sufisme, April 2003).
MA ,Asmaran. 2003. Pengantar Tasawuf . Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Mahjuddin.
2010. Akhlak Tasawuf II, Jakarta: Kalam Mulia.
Raizha Wahyudi, Gafna (Terj.). 2002. Warisan Sufi. Yogyakarta: Pustaka Sufi.
Saviri,Sara. 2002. Demikianlah
Kaum Sufi Berbicara, Terj. Ilyas Hasan. Bandung: Pustaka Hidayah.
Tualeka,
Hamzah, Abd.Syakur,dkk. 2011. Akhlak
Tasawuf. Surabaya: IAIN SA Press.
Bahri,
Media Zainul. 2010. Tasawuf Mendamaikan Dunia. Jakarta: Erlangga.
[2] Hamzah Tualeka, Abd.Syakur,dkk, Akhlak Tasawuf, (Surabaya:
IAIN SA Press, 2011),223.
[4] Kenneth
Honerkamp, Abu Abdul Rahman al-Sulami, On Sama' ectasy and dance, (Jurnal of
The History of Sufisme, April 2003), 2.
[5] Ibid, 2.
[6] Semar, As-Sulami, Sufi yang Produktif sebagai Penulis (http://sabdaislam.wordpress.com/tag/as-sulami/ tgl 23-10-2012, jam
12:01)
[10] Sara
Saviri, Demikianlah Kaum Sufi Berbicara, Terj. Ilyas Hasan, (Bandung:
Pustaka Hidayah, 2002), 23.
[14] Semar, As-Sulami, Sufi yang Produktif sebagai Penulis (http://sabdaislam.wordpress.com/tag/as-sulami/ tgl 23-10-2012, jam 12:01)
[16] Muhammad Hisyam Kabbani, Tasawuf dan Ikhsan Antivirus Kebatilan
dan Kedzaliman (Jakarta: PT Serambi Ilmu semesta, 2007), 94.
0 komentar:
Posting Komentar